Kamis, 28 Oktober 2010

DINGIN UNTUK SANG MALAM

Jika hanya dalam malam dan tidak dingin, rasanya tak lengkap, akan sedikit gurih untuk malam tercampurkan dingin dan sepi. Menjadi begitu hangat dan terasa sangat nikmat. Bukan sekedar aku bicara dan mengalami, tapi memang seharusnya dan tak menjadikan beban. Kami bicara dengan badan telanjang dan menantang. Untuk mengabdi bersama sama kawan lama yang sekarang telah buta. Mata terbelalak keatas dan dapat menunjuk beberapa warna. 

Malam ini terasa menjadikan tulang sum-sum seperti balon udara yang harusnya terisi angin, agar dapat menjadi dan terbang melayang menapaki awan. Entah, harus kutuliskan beberapa syair rasanya. Malam, engkau terpandang hanya dengan dan ketika malam. Jika kemudian berkokok dan tak adil rasanya jika kemarin dan sekarang pun aku tetap menyalahkan ayam yang berkokok terlalu dini, dan menjadikan malam tiba-tiba harus meninggalkanku sendiri dalam dekapan pagi. Sekuat apa pun aku mendorong dan berbalik badan dengan sedikit memiringkan badan agar kelihatan sedikit agak seksi, rasanya aku tetap saja hanya berdiri disini, sendiri dan menunggu mati.

Mereka hanya bicara, mengkritik, mencemooh, dan menginjak-injak, padahal mereka tak tahu rasanya dan tak tahu seberapa beratnya dia harus memikul beban sebesar ini. Jika sudah kembali normal, mereka akan bertepuk kepala, dan berdoa, kapan dia akan gagal kembali. Tak pernah sedikit pun berterima kasih dan bersyukur telah diberi walau pemberian itu sedikit. Kemarin, setelah pagi buta itu, berbondong-bondong mendatangi secara bersamaan dengan hanya satu kepalan tangan, semua luluh lantah tak bersisa. Ketika kemudian hari ini menjadi lebih cerah dan malam ini tak turun hujan, memang terasa indah dirasakan. Kemarin terisi penuh, jadi memang harus terasa tak muat, jika hari ini terasa lega, bukan berarti beban tak sama dengan kemarin, karena memang sudah terbiasa dengan kondisi penuh dan berjubel. 
Sosok itu kembali lagi menyusup relung-relung otaku, terdeteksi secara dini, namun tak berarti virus itu mati dengan begitu mudah. Harus dengan beberapa perjuangan yang amat panjang dan menyesakkan dada menjalani untuk mengobati virus yang datang berkali-kali menyerang tanpa kenal lelah. Sedikit saja kita lengah, virus itu akan kembali menemukan jalanya. Sedang kubuktikan lagi teorema yang tak pasti ini, dengan beberapa karakterisasi buatan dan kemudian akan aku buktikan dengan grafik hubungan yang berumus sedikit agak brutal. Kalau hanya dengan hubungan linier dan memaksakan harus dengan kondisi udara kamar dan bertekanan atmosfir murni, rasanya tak akan sanggup mengulanginya. Memang seharusnya aku akan hidup dalam jaman yang sebelumnya dan mendedikasikan penemuan ini kepada anak istri dan tetangga-tetanggaku saja, kalau harus sampai cucu dan cicit, teorema ini sudah tidak akan berlaku lagi mungkin.

Tertutupi oleh bayangan hitam. Pohon pun ikut bergoyang jika dingin mulai menguak, dan bintang menjalin hubungan dengan sang bulan. Dari seberang jalan , terdengar beberapa anak muda mengalunkan nafas merdunya disertai dengan petikan gitar yang mendayu biru. Ini sepi, dan memang harus dipaksakan untuk menjadi sepi. Jika enggan menyelimuti untuk bertarung semalaman, mari bersama bergandeng tangan untuk menjadikan hidup jauh dari anarki, dan hidup salaing menghargai, biar menjadi sedikit agak ramai.

Senin, 25 Oktober 2010

16 OKTOBER SENYUM UNTUK KAWAN

Pagi itu aku hanya tertidur beberapa saat, kalau dalam hitungan jam mungkin hanya beberapa jam, alhasil, ketika bangun dan membelalakan mata terasa begitu menyakitkan. Namun semua itu terbayar lunas dan aku pun masih untung beberapa kali lipat. Pagi itu tepat tertanggal 16 oktober, dengan segala hormat dan senyum yang bukan buatan aku ingin bercerita. Tepat pukul 9 pagi, sampailah kita semua di sebuah tempat yang hampir semua orang menyebutnya pemancingan, sedang diriku menyebut, itu tempat makan dan terindahku bersama para kawan sebayaku yang hampir saja berpisah dalam waktu dekat ini.

Berkat hari itu aku kembali berpikir dan merenungi diriku yang terlalu gampang meyerah dan cenderung terlalu membuat suasana tak begitu mendukung. Kutengok kawan-kawanku yang tersenyum dengan gembira dan penuh dengan semangat yang terlalu besar bagi diriku. Saat ikan2 itu terangkat dari kolam renang, saat itu pula aku kembali mengingat beberapa tahun yang lalu ketika sesama kami baru saling mengenal. Tak terasa, saat ini sudah 4 tahun lebih, dan tubuhku sudah mulai menua dengan semangat yang tertinggal jauh oleh para kawanku.

Waktu menunujukan jam 11, dan kami makan besar dengan segala hidangan yang tentunya terbuat dari ikan dan tentu saja ikan2 itu tinggal dalam air, hahaha.... Makan dan tertawa, dan dibumbui dengan beberapa ceritatentang beberapa rencana mereka setelah lulus, atau tentang kejadian-kejadian yang telah kami alami bersama dalam beberapa tahun. Kembali, otaku seperti tertusuk dengan jeruji yang tak begitu tajam namun sangat menyakitkan. 

Kita adalah manusia yang akan selalu belajar dengan adanya orang lain. Orang lain bagai sumber ilmu bagi diri kita entah kita sadar atau tak sadar, kita mungkin beberapa saat akan terpacu karena keberhasilan orang lain. Tepat jam setengah 12 siang, kami berencana dan langsung berangkat untuk menuju pemandian air panas. Tak ada niat dalam hati untuk membasahkan tubuhku dalam kolam itu. Tapi para kawan telah mendahuluiku dengan rasa kegirangan yang amat sangat. Dengan sedikit enggan, langsung saja kumengikuti ajakan nafsu inginku untuk berbasah-basahan. 

Entah ini sugesti atau memang terbukti secara ilmiah, sepulang seharian bersama para kawan menghabiskan hari, tubuh dan otakku kembali mengikuti jalan yang memang seharusnya. Jalan yang memang seharusnya dari dulu sudah kutapaki, tapi apa daya, penyesalan bukanlah jawaban yang akan menyelesaikan. Hari itu aku berjanji pada tubuhku yang sudah agak normal untuk berjalan kedalam jalur yang akan menuntun untuk keluar dari penderitaan otak ini. 

Salamku untuk para kawanku yang telah mendahuluiku terdaftar sebagai pekerja, atau pengangguran. (Dedikasi teruntuk : Nikola, Awaliyah, Heri, Rinto, Paijo, Nana, Uut, dan Eli). Semoga jalanmu menyenangkan setelah keluar dari lubang ini.... Good Job Kawan.....

Jumat, 22 Oktober 2010

TENTANG PENGANDAIAN CINTAKU PART II

Hanya soal waktu, jika saja ku tahu pasti kau siapa dan dimana, sekarang pun aku akan langsung menemuimu dengan apa adanya diriku. Aku cukup mengatakan kau adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan buatku. Kau disana yang masih sendiri menunguku, atau bahkan sekarang kau masih dengan laki2 lain, kau tetaplah jodohku yang paling kutunggu. Tak peduli berapa kali harus kukatakan pada diriku, bahwa kau adalah nyata, dan jodohku belum mati. 

Sujud ku berlagak sok hebat , dan tangisku berlagak sok alim. Aku hanya lelaki biasa yang berperilaku mendekati titik nadhir kedholiman. Bagi dosa adalah pengingatku untuk sang kholik. pahala, dan  dosa akan selalu kembali pada-Nya. Kalau pun dosa bisa mengiatkanku pada sang kholik, bagiku itu jauh lebih baik dari pada pahalaku yang tidak mengiatkanku pada-Nya. Kalau kau gundah, hatiku resah. atau kalau kau menangis hati sedih dan gulana. Hehehe... Ya, mungkin hanya sebatas itu gombalku. Dalam otaku tak pernah ternaungi oleh kata-kata gombal yang meluluhlantahkan hati para wanitaku. Kau adalah wanita andaianku, kapan pun akan kau temui aku, mungkin aku hanya akan mengatakan bahwa aku lelaki tulen, aku punya penghasilan, dan aku punya cinta yang ala kadarnya untukmu. Apakah kau mau menjadi jodohku. 


Bila suatu saat nanti kuakan menemuimu, dan kau menoleh karena panggilanku, aku akan memberimu sebatang senyum yang cukup tulus dari hatiku, dan tak berlebihan. Jangan kau mengharapkanku akan membawa sekarung bunga yang aku taburkan ketubuhmu, aku hanya punya senyum yang tak dipaksakan tulus, atau memang untuk formalitas. Atau bukan karena kutahu kau adalah jodohku suatu saat nanti.

Biarkan ini mengalir dan tetap menggelinding agar tetap menjadi misteri siapakah sebenarnya engkau. Yang kutahu saat ini, kau adalah wanita, dan bukanlah wanita jadi-jadian. Atau kau adalah wanita disebarang sana, yang bagiku cukup cantik dan termasuk dalam jajaran seleraku. Semoga saja.

Suatu saat nanti akan kusambung lagi dengan sambungan kata yang jauh lebih dan semakin dalam.....

Rabu, 20 Oktober 2010

ANDAI BICARA CINTA

Sejak dulu sampai sekarang aku sedang menunggu, menuggu sesuatu yang tak tahu entah kapan datangnya. Namun, ku tahu pasti akan datang. Seorang wanita, ya, itulah yang kutunggu sampai sekarang dan datang2 juga. Jika andai adalah bagian dari wanita yang kutunggu, tenanglah, suatu saat nanti aku akan menemuimu. jangan berkecil hati dan bicara dengan hati yang lain. Tunggulah aku hingga datang waktunya nanti kita bertemu.


Jangan paksa aku untuk menjadi manusia paling sempurna, jika aku menemuimu. Jujur saja aku juga manusia yang haus dengan kesalahan, karena memang diriku adalah tumbuh dari semua kesalahan yang pernah kubuat. 

Jangan paksa aku pula untuk mandi tiap hari, karena bagiku air adalah sumber kehidupan yang harus kita hemat. Atau, jika suatu saat nanti kita tidur berdua, dan tubuhku tak wangi, jangan kau pakaikan aku wewangian, karena bau khas dariku yang akan kau rindukan ketika ku bertugas diluar kota nanti.


Ketika kau sakit, jangan mengharap perhatian yang berlebihan dariku, karena inilah aku, seseorang yang bisa dibilang terlalu cuek dengan keadaan sekitar. Tanpa kau minta pun aku akan memperhatikanmu dengan ala kadarnya diriku, tak lebih dan tak kurang.


Saat kau manja dan mengharap saat romantis dariku, jangan paksa aku untuk memberimu keromantisan yang bagiku adalah tabu, atau memintaku untuk makan malam dipinggir pantai dengan penerangan hanya sebutir lilin, dalam benaku pun tak pernah kucatat dan kumasukan dalam kamus hidupku.


Satu hal lagi, jangan berharap kau akan hidup mewah dengan kemewahan yang tiada tara, aku hanya menjanjikanmu kebahagiaan dengan cintaku yang ala kadarnya, tak dibuat2, atau malah memaksakan diriku untuk mencintamu terlalu berlebih. Karena bagiku, hidup harus penuh misteri, aku orang yang sangat sederhana, berpikir sederhana, dan cita-cita ku pun cukup sederhana.Misterinya hidup bagiku adalah ketika kita hanya berpikir hari ini kita makan apa, dan tak berpikir besok kita harus makan apa, bar hidup tersa nikmat dan bersyukur kita bisa melewati hari.


Cukup sekian dulu wanitaku, esok akan kusambung dengan beberapa deskripsi diriku. Tetaplah tenang disana, menungguku yang entah kapan akan kau temui.....


Minggu, 10 Oktober 2010

KEGETIRAN YANG MENAWAN

Sayap-sayap yang berkelebatan membasahi urat nadi, hanya beberapa kali mengudara dan kemudian berdiam diri. Angin itu tetap merayap, dan secara tak sengaja mengenai beberapa kali dedaunan yang hampir runtuh. Seorang kawan diseberang jalan merunduk lesu dengan tangan terhampar luas mengeruk semua impian yang beterbangan. Otak kanan berjalan kebelakang dan kiri berjalan membelakangai, mungkin hanya gurauan itu yang akan menggambarkan. Seekor burung merpati putih , berdiri dengan gagah berani dan menantang dunia dengan segala kemungkinanya. 

Dipojok sebelah kanan, mungkan hanya harapan, dan tak mungkin lagi menggapai walau dorongan itu selalu ada. Wanita cantik menawan yang kemarin masih dengan malu-malu tersenyum dan mengalunkan suara menggetarkan hati itu, tiba-tiba secara jelas dan terbuka berlari menjauhi dan sekarang, hanya tertinggal kepulan asap kendaraan yang semakin hari semakin membutakan mata. Hanya beberapa detik mereka berduaan, dan memandang dengan pandangan penuh nafsu. Andai saja para setan yang butuh mangsa itu mengahampiri, secara suka rela dan berserah diri akan memasang badan.

Persis sejak dini hari tadi, sayap-sayap kembali berkelebat dan membuka. dan dengan tenang para kawan memandang telapak kaki yang sudah mulai pudar. Telapak kaki para pejantan yang menyerah tanpa harapan memang selalu ada, dan akan terus ada. Jika memang Tuhan bermaksud untuk meniadakan, maka para kawan akan dengan serta merta bertindak sebagai manusia-manusia yang akan merdeka, secara jiwa, raga, dan hatinya. 
Sejak itu pula, panas api kembali menguap. seperti bubur yang baru diangkat dari panci besar buatan orang Jerman. Meluap-meluap penuh dengan notasi yang datang dari negeri antah berantah. Walau ini getir yang teramat sangat dan menyakitkan, sejak itu pelajaran telah sampai pada semua bagian dalam tubuh. Sang penyair yang kemarin membelai rambut kambing seperti membelai rambut istrinya, kembali menyalak dan berbuat sesuka hati. Tak peduli orang mau berkata apa, yang penting dia merdeka. Sekarang, jemari dan kata akan kembali keperistirahatanya, dan kembali menjalani tugas rutinya esok hari.....

Jumat, 08 Oktober 2010

MENGHILANG DALAM HUJAN

Sore yang luar biasa, tetesan hujan yang lalu lalang didepanku, mengalun indah dengan nada dasar empat perempat. Dingin yang menusuk tulang pun sampai tak terasa dalam naungan yang entah berasal dari mana. Ada emosi yang membumbung, disertai dengan beberapa kali umpatan seorang teman. Daun2 itu terbasahi oleh air, yang menandakan kehidupan. Mari bicara, dengan empat mata atau beberapa mata yang ingin mengikuti. Hijaunya mengakui yang terbasahi, dengan beberapa kata yang tak kutahu artinya dan maksudnya. Dengan senyum kubalas itu semua, kemudian menatap tajam ala sang jagoan yang akan menyerang musuh yang sedang ketakutan. Kami yang duduk disini dalam keterasingan, atau malah ingin membaur, walau tak semua hal tertancap pasti dan akan menyesuaikan dalam renuang yang teramat panjang.

Kondisi ini menawan, belajar berdiri tegap saja susahnya bukan buatan dan kepalang. Untuk berjalan butuh berdiri, untuk berlari butuh berdiri, bahkan ketika ingin memetik sesuatu pun butuh berdiri. Walau ini sulit dan menyiksa, kutahu pasti dan akan mengamini dalam hitungan jari jemari, pasti akan terlawati. Gemblengan adalah pertanda, dan lemparan kerikil kecil yang menyakitkan pun adalah pertanda. Jika semua adalah pertanda, maka berikan semua tanda kepadaku untuk kegemilangan masa depan. 
Suatu saat nanti dan akan menjadi pasti, selalu saja akan mengabdi, bukan hanya pada sesuatu, pasti suatu saat nanti pada hal2 tertentu. Konsep kehidupan menjadi mengalir, lembut mengalun dan berputar. Jika saja kau bertanya kepadaku, berputar kearah mana, aku sendiri saja tak tahu. Yang ku tahu pasti dan akan terjadi, kadang aku dibawah, kadang diatas, atau kadang2 hanya berdiam dan tak bergerak, ketika kemalasan berkutat membisiki otak sebalah kanan dan kiri ku.

Ini hanya bicara, dan pembicaraan ini pasti akan berlanjut.......(1)

Jumat, 01 Oktober 2010

SEKEDAR BERCERITA PADA ALAM MALAM

Hari ini tepat beberapa tahun lalu aku merasakan betapa indahnya memuja. Aku sendiri tak tahu pasti kenapa harus ada rasa memuja, atau malah aku tak sadar, bahwa aku sendiri sering dipuja, dan aku menikmati pemujaan mereka. Tentang beberapa hal, aku adalah tokoh yang harus selalu di puja dan dengan pemikiran tertentu, mereka memang harus selalu memujaku dengan tangan terlentang dan tubuh membungkuk. Kalau mereka dari kalangan militer, mereka harus memberikan hormat sepatu kepadaku, kalau dari kalangan preman dan para perampok, mereka harus hormat 'dancuk', kalau mereka dari kalangan para kyai, mereka  harus memberikan salam sambil menciumi tangan yang sedikit agak kecing. hahahaha...... Aku akan menikmati kedudukan ini selagi aku masih menjadi pemimpin para manusia2 yang dalam KTP islam, tapi kelakuan barbar. Tak hormat pada sesama, mau menang sendiri, hanya mau didengar, tanpa mau mendengar. Kyai, asal anda tau, tak semua para kyai adalah orang suci dan mensucikan, ada juga para kyai yang berlebel 'kyai barbar'. 

Ini tentang pendewaan masalah sosial, bergerak dengan menyenggol dan menendang kawan disamping. Menginjak yang sudah jatuh dan terkapar, dan menari ketika kawan tertatih-tatih. Sang pencipta mencipta, bukan tanpa sebab dan alasan, dua kuping, satu mulut, adalah pertanda untuk lebih banyak mendengar, daripada bicara. Jika kau butuh kuping untuk mendengar semua ocehanmu, hubungi aku. Aku akan dengan senang hati membuka kupingku lebar2 demi semua kata yang akan kau keluarkan dari mulutmu, bahkan ketika kau tak peduli lagi dengan para kata yang sudah kelelahan karena saking sibuknya harus melayani mulutmu, aku akan tetap dengan senang hati membukakan kupingku untuk semua kata yang kau keluarkan.
Aku ada karena kau mengadakanku, aku tiada karena kau tak peduli kepadaku. Beberapa hari yang lalu aku dipuji beberapa teman yang telah dengan sengaja memujiku. Bukan apa2, karena jika kau tau, pujian akan memberikan efek luar biasa untuk semua organ dalam tubuh kita, efek yang dengan serta merta akan memberikan semangat yang menggebu2 dalam berjalan dan berlari. Dan jikakau butuh puian hubungi aku, dan aku akan dengan senag hati memujimu tanpa belas kasian. Dan marilah saling memuji, agar kita menjadi manusia yang 'melangkah' bukan berdiam diri seperti mayat hidup yang tak punya cita2.

Kawan disebelahku, adalah manusia yang luar biasa, kau tau kawan kenapa, karena kawan disebelahku selalu bersyukur akan semua nikmat yang telah Sang Pencipta berikan. Mereka selalu mensyukuri semua kentut yang mereka keluarkan, cara mereka mensyukuri semua kentut itu pun unik, dengan melepaskan gas berbahaya itu disembarang tempat, tak peduli bau itu wangi atau bacin. Yang penting kentut bisa keluar dengan indah dan mengalunkan nada yang tak terdefunisi. Coba bayangkan, jika kentut tak keluar, akan menjadi penyakit yang akan mematikan dan menyesakan perut, melilit dan menyakitkan. Bersyukurlah ketika kau kentut, karena itu nikmat yang sangat amat.  

Selasa, 28 September 2010

DAUN YANG "TERSENYUM"

Subuh hari ini terasa lebih nikmat, ada tawa dan cekikikan. Riuh serapah tentang kisah semalam tak lagi nampak. Duduk berdua dalam tawa, bicara, dan bertingkah semaunya. Tak peduli anjing menggonggong yang kelaparan karena ku tampar. Hanya itu yang masih ku ingat tentang kisah semalam, selalu riuh dalam menjalani tiap jengkal nafasnya. Jika hanya sekedar menangis dalam satu detik, detik berikutnya sudah tak tampak lagi air matanya, dan hanya terselip tawa riang gembira. Hanya mencoba berjalan dan melangkah sesuai kata hati, dan menghilang dalam kegelapan. Selalu saja tanpa tujuan dan rencana, hanya mengikuti kemana pun kaki melangkah dan menimbulkan bercak air yang terinjak.

Kalau memang harus berujar tanpa kata dan peristiwa, mungkin tak usah susah payah dan tergopoh2 kita memandang semua. Hanya dengan sedikit senyum dan dengan bumbu tawa semua hal dapat tergapai dengan mesra dan indah. Atau mungkin hari ini kita kasih cuti untuk semua kata. Toh kasian juga mereka, harus setiap hari melayani semua orang di dunia. pastinya capek dan lelah. Harus setiap detik dan setiap bicara harus selalu siap siaga. 

Memang inilah impian yang tak lazim, menggapai semua tawa di seluruh pelosok nusantara tercinta. Ketika kata 'miskin' masih terpakai di sana dan di sini, mampukah impian terobati dengan tergapai. Miskin hanyalah karena tak ada duit di kantong, diluar itu kita masih tetap kaya raya. Kaya tawa, kaya senyum, kaya bahagia, dan kaya karena masih bernafas. Untuk para malaikat yang selalu mendampingi kita kemana pun saja, kita masih belum mau senyum. Atau mungkin Indonesia bukanlah miskin harta, tapi miskin senyum. Entahlah....

Berpikir ulang tentang teorema tawa dan senyum, hanya menjadikan hati kalang kabut tak karuan. Merana dalam diam, dan tertawa dalam pahit. Keesokan hari, mungkin aku hanya mau tertawa dengan para dedaunan, yang setiap kali kuajak bicara hanya diam, tapi bergoyang goyang ketika setiap ku tersenyum dengan santainya. Mereka bernafas, mereka minum, mereka makan, bahkan mereka perlu kelembutan. Karena mereka juga hidup, seperti manusia yang punya roh untuk hidup, mereka juga. Atau mungkin ku ingin berbaik hati dengan para kucing, kuajak bicara (meong meong meong....), dan sekali kali ku ajak mereka tertawa dan riang gembira bersama. 


Sabtu, 25 September 2010

NAMAKU CERITA INDAH PAGI INI

Ketika itu matahari masih malu2 untuk menampakan mukanya yang menyilaukan. Ketika itu tatapan angin masih sepoi2 dan membisikan pelan dalam dingin. Ketika itu ayam masih dengan segarnya membangunkan. Ketika itu Teh dan Kopi masih mengepul. Dan hanya ketika itu semua itu terjadi secara bersama dalam satu hentakan waktu. Masih dalam ingatan yang membahana dalam pikiran, semua itu tetap indah ketika itu. Tak ada deru mobil, motor, atau bahkan sepeda sekalipun. Hanya gemericik angin yang terus mengalunkan nafasnya, sedikit demi sedikit tanpa hentakan.
 
Seperti semua menghilang tanpa bekas dan telapak kaki yang tertinggal. Kepulan asap dari kopi panas yang tersedia menyapa dengan harum dan santun, dan hanya ketika itu secangkir kopi dapat menyapa dengan keheningan. Sore bergulir jadi malam, dan mlam tiba2 jadi pagi. Nafas dihidung masih setengah baya, belum cukup tua untuk dicerna. Bintang di atas sana sudah mulai mengantuk dan ingin cepat2 pulang keperaduan. Suara bayi yang mulai mengalankan kemerdekaan membahana kemana2. Dalam hitungan menit, aku menyang keindahan ini akan buyar. 

Perkenalkan kawan, namaku ketika itu adalah "Cerita Indah Pagi Ini". Dan catatlah, hanya ketika itu. Dan hanya ketika itu pula ku bersujud demi malam yang telah kulewati. dengan seksama dan tanpa kata, ketika itu ku hanya hanya berujar, "ini hanya terjadi dalam naungan ketika itu...."

Selasa, 21 September 2010

SETETES AIR KEHIDUPAN

Petaka hari ini datang lagi, dengan rasa yang sulit untuk di ucapkan dan dilantangkan, aku hanya berkesempatan sekali saja untuk menuliskan. Hanya sekedar rasa yang terlalu membabi buta. Gundah rasanya tak punya arti dalam kehidupan, atau hanya diriku saja yang  rasanya tak bisa mengartikan. Atau kadang2 memang harus begini dalam hidup, tak berarti dan terasa hampa setiap detik dan harinya.

Hidup adalah perjalanan untuk kematian, yang kadang2 kematian adalah jalan pasti yang harus kita temui bersama. Jika bicara mati, kita harus bicara tentang hidup. Jadi teringat tentang sebuah cerita simetrisnya hidup, dan memang seharusnya simetri. Ketika kita dilahirkan, kita semua pasti akan menangis, jika tidak menangis, pasti akan dipaksa untuk menangis. Dan kita semua tahu, rata2 orang yang ada disekitar kita pasti akan tertawa menyambut kedatangan kita di dunia. Setelah mengalami beberapa dekade kehidupan, rata2 orang pasti akan menikah, saat menikah, kita akan tertawa dan rata2 orang disekitar kita pun akan tertawa. Lama menjalani kehidupan yang pengat dan keras, kita pun pasti akan mengalami kematian, ketika kita mati, rata2 orang yang ada disekitar kita akan menangis (bukan karena apa2, hanya karena formalitas mungkin), dan seharusnya agar semuanya berjalan simetri, saat kematian itulah kita harus tertawa

Bukan perkara gampang untuk mati dalam keadaan tertawa, saat mati (kata pak kyai) adalah saat paling mengerikan dalam semua proses perjalanan kehidupan kita. Hanya manusia2 yang memiliki kemantapan dalam keimananya saja yang mampu tertawa dalam kematian. Manusia ini gembira setengah mati, karena sebentar lagi dia akan diganjar oleh sang empunya hidup. Saking gembiranya, hingga saat kematianya dia tertawa. Dan memang, seharusnya tertawa dalam kematian adalah kewajiban bagi kita semua, bukan untuk apa2, hanya sekedar untuk menyimetrikan kehidupan yang kita jalani. 

Jika hidup anda sekarang saja masih kurang simetri, jadikan akhir dari hidup anda menjadi penutup bagi kesimetrian yang sempurna. Dengan memantapkan hati untuk selalu berjalan dalam perenungan tentang Tuhan, kita mungkin dapat menyimetrikan kehidupan. Bukan sekedar sholat yang hanya untuk menanggalkan kewajiban, namun, sholat yang benar2 dapat mengembalikan hati kita kepada Tuhan. Untuk  apa susah payah dalam ibadah, jika hasilnya adalah merasa "mampu melakukan" dalam hati kita. Mari, bersama2 untuk mengejar kesimetrian hidup, agar kita bukan termasuk orang2 yang akan kecewa di Alam sana.....   


KETIKA MARAH ADALAH DIAM

Semilir angin mengenai alam bawah sadarku

Begitu hangat dan tak peduli akan semuanya

Jemari menari dan angan membumbung tinggi

Seonggok daging mengucap syukur pada Nya

Syukur yang tak terlupa

Jiwa meronta raga menghempas

Terlepas......

Sadar ku mulai merayap pasti

Setitik harapan menggebu di hadapanku

Angan kembali muncul dan mencongkel semuanya

Semua tanpa tersisa

Hinga jiwa ku kabur entah kemana

Cungkup mahkota telah membawa nya

Dan jiwaku kembali ke paraduan semula

Peraduan yang terlupa dan tertutup oleh syukur ku

Semua terlempar tak tersisa tanpa bekas

Bahkan  telapak tubuhku pun menghilang entah kemana

Semuanya memang lebih agung

Lebih sempurna

Lebih dahsyat

Tanpa ampun ku tertindas

Di injak sampai ke dasar palung terdalam

Terhina oleh suasana

Kuratapi hingga ku mampu kembali ke permukaan

Sampai akhirnya ku terlempar kembali sampai ke perut bumi

Tragis

Mengenaskan

Tapi membahagiakan

Bahagia atas semua peristiwa

Baik tertangkap baik

Buruk tertangkap buruk

Tertawa atas dasar benang merah

Tertawa atas dasar senyum

Tertawa atas dasar retorika

Ku tinggalkan semua peristiwa

Ku berjalan menaiki kembali

Sampai saat ini ku telah sampai perut vulkano

Di temani para cecunguk setiaku

Di temani para kampas emosi ku

Terima kasih para-para ku

Jumat, 17 September 2010

BERKAWAN BANTAL DAN SELIMUT



Selatan, berkabur menjadi utara. Mata kantuk dan hanya berlinang air mata. Tak sengaja atau memang tidak disengaja, mata tertarik kedalam nangungan yang memang seharusnya. hidup hanya sekedar menjalankan yang memang seharusnya dijalankan. Garis guratan itu sudah tertulis dijidat masing2 sang bintang. Mata menyorot tajam pada satu sudut yang sedikt agak berbau pesing. Hanya mengigau, tapi mereka tahu pasti, bahwa mereka hidup dalam kenyataan. Mereka yang menari, tak repot2 mencari makan esok hari, makanan tersedia, hingga mereka tak tahu tanda2 lapar atau kelaparan, mereka hanya tahu kata orang tua, setelah makan memang kenyang.
Bergetar rasanya, ketika mendengar kata orang, bahwa cinta mesti berkorban, atau memang dadaku harus bergetar, setiap ku sebut namamu. Getaran yang memang harus terasa hingga ubun2 malu mendengar getaran itu. Apa kabar kawan, saat kujenguk, kau terbaring lemah berkawan bantal dan berdinding selimut. Aku tahu itu air mata, walau kutak tahu harus memelas seperti apa, Ilahi tak sudi melihat imanku yang hanya kugadai dengan semacam dunia, atau beberapa kali kuselingkuh dengan dunia.
Angin dari sang fajar benar2 memperhatikan setiap langkah burung, bercicit suit seantero nusantara. Ada yang menangis, dengan alunan tangis yang sedikit mendayu-dayu. ini hanya sementara, dan kutahu pasti, sementara tidaklah lama, dan kadang memang terasa berat. Mata kanan berubah bentuk menjadi sedikit agak menyipit. Dengan kaki terselonjor lurus, dan mereka meregang beberapa kali, bersama beberapa kerbau. Kerbau yang beberapa kali pula menjadi teman para petani. Dan sekarang, sanca2 itu berkelahi dengan para petani.
Kertas-kertas itu masih murni dan kosong, takut sekali ku melihat, menggigil terasa seluruh otot dan pikiranku. Bertapa bertahun-tahun, hanya menimbulkan kepercayaan bahwa harimau itu baik, dan tak berpikir harimau itu jahat. Apa kata yang tepat, untuk protes terhadap waktu. Tak ada, dan waktu hanya diam, tak berpikir bahwa malam akan berganti dengan pagi. Walau hari2 yang kujalani kan terasa sunyi, dan walau hampa pasti ku hadapi, selalu terucap, selamat jalan, dan semoga selamat sampai tujuan. Selamat tinggal, tidurlah yang lelap, dan mimpilah yang indah. Sampai detik tak terasa, gelas2 itu hanya tersisa satu. Dan tetap sepi dengan air2. Air murni yang dalam gelap semua kejahatan terjadi.
Gubuk ini tetap berdiri, pelukan fajar abadi yang kan selalu ku lewati hanya dengan sebuah senyum yang kemudian kulanjutkan dengan berbaring damai bersama para bantal dan pengaman selimut. Bermimpi sampai seribu mil lebih, dengan lagu alam yang membahana...

TENTANG TEH DAN KOPI

Malam yang agak larut ditengah kesepian. Kesepian yang mungkin terjadi dalam hati dan pikiran. Beberapa kali tertawa terbahak pun tak menjadikan sebuah keramaian. Beruntung Tuhan mencipta kopi, memang hitam dan pahit. Namun, inilah seni, seni yang akan selalu menemani dalam kesepian dan kepengatan hidup. Lambaian tangan sang mantan yang tertawa bersama sang lelaki yang kurang ajar itu tetap berdiri kokoh didepan pelupuk mata yang sedikit agak kacau. Tak terima namun tetap nyata, hanya dengan sedikit menghibur diri dan menenggak kopi pahit yang harus kental, adalah jalan terbaik yang pernah kutemui.

Tetap pekat, dan tak menarik. Dari rasa, pengaruh, atau segala hal yang tersemat didalamnya. Namun bagiku, dia tetap menarik. Selalu berhari2 bersama naungan kegundahan hati. Ingin rasanya mengulang meminumnya kembali, barang seteguk pun tak masalah. Atau memang hanya berharap akan meminumnya dalam mimpi, dan mengajaknya menari bersama. Hahaha....rasanya aneh kalau hanya dalam mimpi. Dalam kenyataan, walau konsekuensinya adalah dosa, aku tak masalah.

Ceritanya akan sedikit berbeda, jika saja kita setara. Aku tak tahu, kata setara itu terbuat dari apa, aku juga tak paham dengan detail apa yang membuat kita tak setara. Aku memang hanya teh, dan engkau kopi, dan memang kita sangat beda, rasanya, warnanya, namun kita sesama minuman, tak bolehkah sesosok teh meminum kopi. Kau hanya beralasan kalau kopi yang mengandungmu tak memperbolehkanku meminummu. Ya, aku hanya teh, dan tak akan pernah berubah jadi kopi, semua keluargaku juga teh, nenek, kakek bahkan para tetuaku semuanya teh.

Para dedaunan yang menemaniku berhari2 meminummu, kemarin mempertanyakanku tentang rasa kopi, daun2 itu ternyata tak pernah minum kopi, mereka hanya tahu sosok kopi yang sangat menarik. Katanya, kopi sangat cantik dan sedikit agak seksi. Aku hanya tersenyum menanggapi semuanya, kataku biarkan hanya aku yang tahu tentang rasa kopi. Untuk kalangan teh sepertiku, rasanya sedikit agak beruntung pernah meminum kopi rasa arabika, walau kopi yang ku minum hanya sedikit. Tapi tak apalah, walau sedikit yang penting aku pernah meminumnya.

Pengalamanku tentang kopi, membawaku terbang melayang. Melayang2 tak tentu arah tujuan, dan sesampainya kembali ke bumi, aku tak tahu lagi mana utara dan mana selatan, atau bahkan timur dan barat. Semuanya terlihat kabur dan dan serba tak jelas. Ketika berjalan dengan sesama teh, aku kebingungan dan celingukan. Seperti daun kering yang tak punya arti lagi, atau mungkin sekarang aku hanya berfungsi sebagai kompos bagi teh2 yang lain. Entahlah....

Senin, 06 September 2010

KETIKA BENCANA ADALAH TEMAN

Sore biasa dalam kampung yang sama. Perkotaan yang menjulang kemakmuran. Kesombongan tertata rapi. Riuhnya tak henti2nya membingungkan telinga. Perbedaan kasta begitu terasa disana-sini.
Mencoba belajar dari mereka yang menderita. Dari mereka yang menjadikan bencana adalah kawan, tamu, yang harus dan wajib disambut tiap penghujan datang. That’s cool. Menarik. Luar biasa. Indah sekali mereka. Tak heran jika mereka tetap tertawa dalam bencana.
Mereka manusia Indonesia. Yang sungguh luar biasa. Tak ada kesulitan dalam bencana. Susah adalah kawan, dan akan selalu disambut datangnya. Jika bencana habis, mereka akan berkoar “aku rindu dengan bencana”. Ketika mereka datang, akan disambut dengan senyuman.
Belajar dari mengikuti alam. Karena merasa bersalah dengan alam. Entah apa maknanya ini. Tanda akhir waktukah. Tapi ini indah, bersalah dan tetap tersenyum jika konsekuensi dari kesalahan datang. Menerima. Tapi tak pasrah. Kehidupan tetap berjalan tanpa halangan.
Andai kita merasa indah dalam tangisan, merasa bahagia dalam tusukan. Tak kan pernah kita mengiba pada apa pun. Selalu senyum dalam harapan. Karena ini konsekuensi “kesalahan” hidup kita. Inilah rahasia kebahagiaan orang2 terpinggirkan, rahasia para manusia yang hidup dalam api. Tertawa, senyum, menjadikan bencana jadi kawan, dan harus kita sambut. Monggo....!

PANTAT TAK BERCUKAI


Berawal dari kumpul2 dalam kamar yang punya gawe. Hiburan tontonan atau apapun yang menurut benak kami itu menarik. Tontonannya film edukasi tentang orang dewasa. Ini gambaran dari nestapa para pengabdi nafsu birahi. Saat semua khusuk menikmati gambaran birahi para artisnya, dan membayangkan “melakukan”. Ada kejadian menarik. Tiba2 dan tanpa dinyana siapapun, belanda menyerang. Dengan satu dentuman bom yang menghentak hidung dan lamunan.
Ledakan ditelusuri, dan ketemu. Ternyata dari salah satu lubang yang bertuan. Pantas saja ledakannya meletus sembarangan. Lubang itu tak pernah sekolah, dan lubang itu ilegal. Seperti rokok yang harus punya cukai untuk dijual, lubang itu tak bercukai. Inilah nasib ‘Pantat Tak Bercukai’.
Ya pantat. Sebuah lubang kecil yang dikawal oleh dua gundukan besar untuk melindungi nya. Pantat kita tak pernah bercukai dan akan selalu ilegal, bisa mengeluarkan ledakan. Kapan saja dan di mana saja. Tak peduli dihadapan presiden atau menteri. Yang pasti, pantat selalu bebas berekspresi. Jangan pernah salahkan pantat berirama, kalo kita sendiri tak pernah merasa menyekolahkan pantat untuk bertatakrama. Tak pernah mendaftarkan pantat kita kebadan cukai negara. Atau memberikan setempel lunas sekolah sembilan tahun.