Jumat, 17 September 2010

TENTANG TEH DAN KOPI

Malam yang agak larut ditengah kesepian. Kesepian yang mungkin terjadi dalam hati dan pikiran. Beberapa kali tertawa terbahak pun tak menjadikan sebuah keramaian. Beruntung Tuhan mencipta kopi, memang hitam dan pahit. Namun, inilah seni, seni yang akan selalu menemani dalam kesepian dan kepengatan hidup. Lambaian tangan sang mantan yang tertawa bersama sang lelaki yang kurang ajar itu tetap berdiri kokoh didepan pelupuk mata yang sedikit agak kacau. Tak terima namun tetap nyata, hanya dengan sedikit menghibur diri dan menenggak kopi pahit yang harus kental, adalah jalan terbaik yang pernah kutemui.

Tetap pekat, dan tak menarik. Dari rasa, pengaruh, atau segala hal yang tersemat didalamnya. Namun bagiku, dia tetap menarik. Selalu berhari2 bersama naungan kegundahan hati. Ingin rasanya mengulang meminumnya kembali, barang seteguk pun tak masalah. Atau memang hanya berharap akan meminumnya dalam mimpi, dan mengajaknya menari bersama. Hahaha....rasanya aneh kalau hanya dalam mimpi. Dalam kenyataan, walau konsekuensinya adalah dosa, aku tak masalah.

Ceritanya akan sedikit berbeda, jika saja kita setara. Aku tak tahu, kata setara itu terbuat dari apa, aku juga tak paham dengan detail apa yang membuat kita tak setara. Aku memang hanya teh, dan engkau kopi, dan memang kita sangat beda, rasanya, warnanya, namun kita sesama minuman, tak bolehkah sesosok teh meminum kopi. Kau hanya beralasan kalau kopi yang mengandungmu tak memperbolehkanku meminummu. Ya, aku hanya teh, dan tak akan pernah berubah jadi kopi, semua keluargaku juga teh, nenek, kakek bahkan para tetuaku semuanya teh.

Para dedaunan yang menemaniku berhari2 meminummu, kemarin mempertanyakanku tentang rasa kopi, daun2 itu ternyata tak pernah minum kopi, mereka hanya tahu sosok kopi yang sangat menarik. Katanya, kopi sangat cantik dan sedikit agak seksi. Aku hanya tersenyum menanggapi semuanya, kataku biarkan hanya aku yang tahu tentang rasa kopi. Untuk kalangan teh sepertiku, rasanya sedikit agak beruntung pernah meminum kopi rasa arabika, walau kopi yang ku minum hanya sedikit. Tapi tak apalah, walau sedikit yang penting aku pernah meminumnya.

Pengalamanku tentang kopi, membawaku terbang melayang. Melayang2 tak tentu arah tujuan, dan sesampainya kembali ke bumi, aku tak tahu lagi mana utara dan mana selatan, atau bahkan timur dan barat. Semuanya terlihat kabur dan dan serba tak jelas. Ketika berjalan dengan sesama teh, aku kebingungan dan celingukan. Seperti daun kering yang tak punya arti lagi, atau mungkin sekarang aku hanya berfungsi sebagai kompos bagi teh2 yang lain. Entahlah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar