Senin, 06 September 2010

KETIKA BENCANA ADALAH TEMAN

Sore biasa dalam kampung yang sama. Perkotaan yang menjulang kemakmuran. Kesombongan tertata rapi. Riuhnya tak henti2nya membingungkan telinga. Perbedaan kasta begitu terasa disana-sini.
Mencoba belajar dari mereka yang menderita. Dari mereka yang menjadikan bencana adalah kawan, tamu, yang harus dan wajib disambut tiap penghujan datang. That’s cool. Menarik. Luar biasa. Indah sekali mereka. Tak heran jika mereka tetap tertawa dalam bencana.
Mereka manusia Indonesia. Yang sungguh luar biasa. Tak ada kesulitan dalam bencana. Susah adalah kawan, dan akan selalu disambut datangnya. Jika bencana habis, mereka akan berkoar “aku rindu dengan bencana”. Ketika mereka datang, akan disambut dengan senyuman.
Belajar dari mengikuti alam. Karena merasa bersalah dengan alam. Entah apa maknanya ini. Tanda akhir waktukah. Tapi ini indah, bersalah dan tetap tersenyum jika konsekuensi dari kesalahan datang. Menerima. Tapi tak pasrah. Kehidupan tetap berjalan tanpa halangan.
Andai kita merasa indah dalam tangisan, merasa bahagia dalam tusukan. Tak kan pernah kita mengiba pada apa pun. Selalu senyum dalam harapan. Karena ini konsekuensi “kesalahan” hidup kita. Inilah rahasia kebahagiaan orang2 terpinggirkan, rahasia para manusia yang hidup dalam api. Tertawa, senyum, menjadikan bencana jadi kawan, dan harus kita sambut. Monggo....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar