Selasa, 21 September 2010

SETETES AIR KEHIDUPAN

Petaka hari ini datang lagi, dengan rasa yang sulit untuk di ucapkan dan dilantangkan, aku hanya berkesempatan sekali saja untuk menuliskan. Hanya sekedar rasa yang terlalu membabi buta. Gundah rasanya tak punya arti dalam kehidupan, atau hanya diriku saja yang  rasanya tak bisa mengartikan. Atau kadang2 memang harus begini dalam hidup, tak berarti dan terasa hampa setiap detik dan harinya.

Hidup adalah perjalanan untuk kematian, yang kadang2 kematian adalah jalan pasti yang harus kita temui bersama. Jika bicara mati, kita harus bicara tentang hidup. Jadi teringat tentang sebuah cerita simetrisnya hidup, dan memang seharusnya simetri. Ketika kita dilahirkan, kita semua pasti akan menangis, jika tidak menangis, pasti akan dipaksa untuk menangis. Dan kita semua tahu, rata2 orang yang ada disekitar kita pasti akan tertawa menyambut kedatangan kita di dunia. Setelah mengalami beberapa dekade kehidupan, rata2 orang pasti akan menikah, saat menikah, kita akan tertawa dan rata2 orang disekitar kita pun akan tertawa. Lama menjalani kehidupan yang pengat dan keras, kita pun pasti akan mengalami kematian, ketika kita mati, rata2 orang yang ada disekitar kita akan menangis (bukan karena apa2, hanya karena formalitas mungkin), dan seharusnya agar semuanya berjalan simetri, saat kematian itulah kita harus tertawa

Bukan perkara gampang untuk mati dalam keadaan tertawa, saat mati (kata pak kyai) adalah saat paling mengerikan dalam semua proses perjalanan kehidupan kita. Hanya manusia2 yang memiliki kemantapan dalam keimananya saja yang mampu tertawa dalam kematian. Manusia ini gembira setengah mati, karena sebentar lagi dia akan diganjar oleh sang empunya hidup. Saking gembiranya, hingga saat kematianya dia tertawa. Dan memang, seharusnya tertawa dalam kematian adalah kewajiban bagi kita semua, bukan untuk apa2, hanya sekedar untuk menyimetrikan kehidupan yang kita jalani. 

Jika hidup anda sekarang saja masih kurang simetri, jadikan akhir dari hidup anda menjadi penutup bagi kesimetrian yang sempurna. Dengan memantapkan hati untuk selalu berjalan dalam perenungan tentang Tuhan, kita mungkin dapat menyimetrikan kehidupan. Bukan sekedar sholat yang hanya untuk menanggalkan kewajiban, namun, sholat yang benar2 dapat mengembalikan hati kita kepada Tuhan. Untuk  apa susah payah dalam ibadah, jika hasilnya adalah merasa "mampu melakukan" dalam hati kita. Mari, bersama2 untuk mengejar kesimetrian hidup, agar kita bukan termasuk orang2 yang akan kecewa di Alam sana.....   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar