Selasa, 21 September 2010

KETIKA MARAH ADALAH DIAM

Semilir angin mengenai alam bawah sadarku

Begitu hangat dan tak peduli akan semuanya

Jemari menari dan angan membumbung tinggi

Seonggok daging mengucap syukur pada Nya

Syukur yang tak terlupa

Jiwa meronta raga menghempas

Terlepas......

Sadar ku mulai merayap pasti

Setitik harapan menggebu di hadapanku

Angan kembali muncul dan mencongkel semuanya

Semua tanpa tersisa

Hinga jiwa ku kabur entah kemana

Cungkup mahkota telah membawa nya

Dan jiwaku kembali ke paraduan semula

Peraduan yang terlupa dan tertutup oleh syukur ku

Semua terlempar tak tersisa tanpa bekas

Bahkan  telapak tubuhku pun menghilang entah kemana

Semuanya memang lebih agung

Lebih sempurna

Lebih dahsyat

Tanpa ampun ku tertindas

Di injak sampai ke dasar palung terdalam

Terhina oleh suasana

Kuratapi hingga ku mampu kembali ke permukaan

Sampai akhirnya ku terlempar kembali sampai ke perut bumi

Tragis

Mengenaskan

Tapi membahagiakan

Bahagia atas semua peristiwa

Baik tertangkap baik

Buruk tertangkap buruk

Tertawa atas dasar benang merah

Tertawa atas dasar senyum

Tertawa atas dasar retorika

Ku tinggalkan semua peristiwa

Ku berjalan menaiki kembali

Sampai saat ini ku telah sampai perut vulkano

Di temani para cecunguk setiaku

Di temani para kampas emosi ku

Terima kasih para-para ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar