Jumat, 08 Oktober 2010

MENGHILANG DALAM HUJAN

Sore yang luar biasa, tetesan hujan yang lalu lalang didepanku, mengalun indah dengan nada dasar empat perempat. Dingin yang menusuk tulang pun sampai tak terasa dalam naungan yang entah berasal dari mana. Ada emosi yang membumbung, disertai dengan beberapa kali umpatan seorang teman. Daun2 itu terbasahi oleh air, yang menandakan kehidupan. Mari bicara, dengan empat mata atau beberapa mata yang ingin mengikuti. Hijaunya mengakui yang terbasahi, dengan beberapa kata yang tak kutahu artinya dan maksudnya. Dengan senyum kubalas itu semua, kemudian menatap tajam ala sang jagoan yang akan menyerang musuh yang sedang ketakutan. Kami yang duduk disini dalam keterasingan, atau malah ingin membaur, walau tak semua hal tertancap pasti dan akan menyesuaikan dalam renuang yang teramat panjang.

Kondisi ini menawan, belajar berdiri tegap saja susahnya bukan buatan dan kepalang. Untuk berjalan butuh berdiri, untuk berlari butuh berdiri, bahkan ketika ingin memetik sesuatu pun butuh berdiri. Walau ini sulit dan menyiksa, kutahu pasti dan akan mengamini dalam hitungan jari jemari, pasti akan terlawati. Gemblengan adalah pertanda, dan lemparan kerikil kecil yang menyakitkan pun adalah pertanda. Jika semua adalah pertanda, maka berikan semua tanda kepadaku untuk kegemilangan masa depan. 
Suatu saat nanti dan akan menjadi pasti, selalu saja akan mengabdi, bukan hanya pada sesuatu, pasti suatu saat nanti pada hal2 tertentu. Konsep kehidupan menjadi mengalir, lembut mengalun dan berputar. Jika saja kau bertanya kepadaku, berputar kearah mana, aku sendiri saja tak tahu. Yang ku tahu pasti dan akan terjadi, kadang aku dibawah, kadang diatas, atau kadang2 hanya berdiam dan tak bergerak, ketika kemalasan berkutat membisiki otak sebalah kanan dan kiri ku.

Ini hanya bicara, dan pembicaraan ini pasti akan berlanjut.......(1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar